23 Julai 2011

SENYUM

~~BEKERJALAH, ENGKAU AKAN LEBIH MULIA~~

Bismillahirrahmanirrahim....
Mengapa demikian pentingnya bekerja ? Kerana dalam agama kita, bekerja bukan semata untuk memenuhi keperluan sahaja. Lebih dari itu, ia akan mengangkat darjat kita di mata manusia maupun di sisi-Nya. Dalam agama Islam, orang yang bekerja adalah orang yang memiliki harga diri dan kemuliaan.
Dalam salah satu hadistnya, Rasululullah SAW menjelaskan, “ Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan wangnya digunakan untuk mencukupi keperluan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang di beri dan kadang di tolak.” (Mutafaq’alaih)
Orang yang dengan gigih bekerja keras, membanting tulang, mencari rezeki dari memeras keringat dan makan dari hasil itu, maka itu lebih baik dari makan hasil yang diperoleh dari harta warisan, atau memperoleh berdasarkan pemberian orang kerana si pemberi merasa terdorong untuk memberi, terlebih jika shadaqah itu memang diminta-minta.
 
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah SWT.” (HR. Ahmad)
 
Semua bentuk usaha yang dilakukan dengan membanting tulang dan pantang menyerah akan memompa semangat berkontraksi otot tubuh yang menyebabkan kesehatannya tetap terjaga dan semakin menambah kekuatannya. Secara fisik orang yang berlaku seperti ini akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, sedang dalam jiwanya akan tumbuh rasa percaya diri dan sifat mandiri. Ia tidak tergantung dengan orang lain.
 
Sebaliknya orang yang hidup berdasarkan dari belas kasih orang lain, selain bermental pasif, mereka jga memiliki jiwa lemah bahkan mematikan jiwa. Dengan sangat tegas Rasulullah mengingatkan kepada kita bahwa, “Pengangguran (dapat) menyebabkan hati keras (keji dan membeku).”
(HR. Asysyihaab)
 
Pengangguran aktif yang didorong oleh kemalasan, dan pengangguran pasif kerana dari tunjangan-tunjangan atau warisan, sama-sama berpotensi membuat hati menjadi keras dan membeku. Islam memerintahkan kepada kita, selama hayat masih di kandung badan, bergerak dan berkarya adalah sangat dianjurkan. Rasulullah mengingatkan ummatnya agar kita senantiasa berusaha dan berhati-hati terhadap waktu luang, kerana pada momentum tersebut merupakan lading subur bagi syaitan untuk menanamkan kemungkaran. Di tinjau dari konteks ini maka bekerja dan beraktifitas adalah jalan lain untuk membendung kejahatan.
 
Bahkan apapun atau bagaimanapun bentuk pekerjaan itu, bila berangkat dari mencari keridhoan Allah adalah bernilai ibadah, yang bererti mendapatkan ganjaran disisi-Nya.
 
Itulah sebabnya (hikmah) mengapa di pagi buta seusai shalat subuh (fajar) kita dilarang tidur lagi sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Ath-Thabrani)
 
Seiring dengan perputaran matahari, kita juga diperintahkan untuk menjalankan amanah-amanah kehidupan dengan bekerja dan beraktifitas.
 
Dalam Al-Qur’anul Karim kata ‘aamanu’ (beriman) senantiasa di ikuti dengan ‘wa aamilushholihat’ (melakukan amal sholeh/ bekerja), seperti yang terkandung dalam surah Al-Ashr ayat 3 : illalladzi naamanuu wa ‘aamilush-sholihati wa tawa shoubil haqqi fatawa shoubishshobri. (kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran).
 
Orang yang senantiasa bergerak/bekerja menandakan keimanan yang bersangkutan dalam keadaan aktif dan dinamis. Sebaliknya, mereka yang ‘menikmati’ bermalas-malasan alias gemar berpangku tangan, menandakan dirinya sedang dilanda impotensi iman.
Naudzubillahi mindzalik.
 
Asahlah iman, agar iman kita lebih dinamis, aktif, dan produktif. Sempurnakan kecintaan kita kepada Allah dengan semangat yang kuat untuk menjemput fadilahnya/rezekinya yang dihamparkannya begitu luas di segala penjuru bumi. Singsingkan lengan baju, setelah kita bertaqarrub kepada-Nya. Inilah yang disebut dengan iman yang potensial, Iman yang aktif lagi produktif. Insyaallah.
 
Menurut Ibnu Atsir, bekerja termasuk bagian dari sunnah-sunnah nabi. Nabi Zakaria AS dulu adalah tukang kayu, Nabi Daud AS itu tidak akan makan, kecuali makan dari hasil tangannya sendiri. Siapa yang tidak kenal Nabi Daud AS ? Selain seorang Nabi, beliau telah diberi oleh Allah SWT kekuasaan dan harta yang berlimpah. Walau begitu, beliau tidak merasa malu untuk bekerja dengan tangannya sendiri guna memenuhi keperluan hidupnya. Beliau tidak mengajarkan berpangku tangan dan mengharapkan belas kasih dari orang lain, pada ummat yang dipimpinnya.
Wallahu ‘alam bishshowab.


0 Komen:

Catat Ulasan